Macet (2005) adalah film dokumenter Ekky Imanjaya pertama, yang ia sutradarai bersama rekan-rekannya.
Ekky membuat film ini di sela-sela tugasnya sebagai wartawan di D’Maestro. Hal ini membuatnya punya akses ke Nicholas Saputra dan Dian Sastro, yang ia turut wawancarai.
Film ini diproduseri oleh Dyah Indrapati dan Bobby Batara, koleganya kala itu di dunia jurnalisme.
Editornya adalah Darwin Nugraha yang kala itu tinggal di Jogjakarta.
Saat mengedit itulah, Ekky bertemu dengan Ismail Basbeth, yang saat itu belum terjun ke dunia film. Basbeth pun menyumbangkan satu lagu yang khusus dibuat untuk film ini, bersama bandnya, Reflection of Reality. Judulnya Yogya betul: Tecam.
Lagu lainnya yang masuk adalah 100 km/jam (Brandals), Aku Cinta J.A.K.A.R.T.A (C'mon Lennon), dan lagu tema: Macet (Project Pop).
Film ini dinobatkan sebagai “best Documentary on urban transport trip in Asia”, sebuah ajang kontes video yang dikelola oleh GTZ Sustainable Urban Transport Project (SUTP), Bangkok, 2006..
Film ini juga diputar di Public Access Festival 2007 (Seoul) dan Festival Film Dokumenter 2005, atas kurasi Boemboe Forum.
Trims juga kepada Hard Rock FM yang mengizinkan syuting GMHR, saat penyiarnya Lucy Wiryono-Melaney Ricardo
Setelah 20 tahun, agaknya isu macet masih saja relevan di Jakarta.
Setelah itu, Ekky meyutradarai dokumenter pendek SOB (Senjakala Orde Baru, 2006), penugasan dari jurusan Sejarah UNJ; dan The Tielmans (2010) tentang Andy Tielman dan keluarganya dari band indorock The Tielman Brothers. Pada 2020, bersama Nayla Majestya, Ekky membuat video essay What Makes A Film A Pocong Film; serta Gus Dur Bapak Tionghoa Indonesia, yang merupakan hasil dari proyek inisiatif Peranakan. Semuanya film dikumenter pendek,
Pada 2024, Ekky menjadi co-produser film dokumenter panjang Suzzanna: the Queen of Black Magic (David Gregory, 2024).
Simak film Macet di sini: